04 February 2008

Maaf:Sederhana Namun Abadi

Saya tidak benci hanya gusar. Saya tidak dendam hanya kesal. Kesabaran itu meluap.Menumpahkan amarah, melampiaskan geram. Nyatanya tak ada beda yang saya terima. Hanya gema sembari terhentak seketika berlalu. Teraba namun tak dirasa. Terjilat namun tak ditelan. Bertingkah tak ada friksi dianggap menjadi solusi. Lalu dimana nurani?

Saya menangis bukan untuk dikasihani dan bukanlah pembenaran kalau saya bertingkah humani. Perlakukan saya lebih baik, hargai saya lebih layak hai kalian orang baik. Sampaikan maaf uraikan senyum dan itupun cukup. Sangat sederhana namun abadi sampai mati.

2 comments:

Ini Suara Penderitaan said...

Sorry maybe become the hardest thing to say for some people.

sasabibi said...

problem has been solved right?
apa kabar jeung tutay ni..
jogjakarta menyenangkan?